KAPAN SEORANG PEMIMPIN HARUS DIPATUHI ?

KAPAN SEORANG PEMIMPIN HARUS DIPATUHI ?
KAPAN SEORANG PEMIMPIN HARUS DIPATUHI ?
Luthfi Bashori
Sy. Ummu Al-Husain RA mengabarkan, bahwa dalam khutbah pada saat menunaikan haji Wada’, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seandainya ada seorang budak yang menjadi pemimpin kalian, lalu dia memimpin kalian berdasarkan Kitabullah Al-Qur’an (syariat Islam), maka dengarkan dan patuhilah dia.” (HR. Muslim).

Artinya, bahwa umat Islam wajib taat kepada pemimpinnya selagi para pemimpin itu menggunakan literatur syariat Islam untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika umat Islam dipimpin menginkari ajaran syariat, maka perintah itu tidak wajib ditaati, bahkan wajib diinkari. Demikian juga jika umat Islam diajak menentang syariat Islam, maka perintah itu wajib pula untuk ditentang.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Dengarkan dan taatilah sekalipun yang memimpin kalian itu seorang hamba keturunan Habasyah (Negro Afrika), selama ia melaksanakan Kitabullah Al-Qur’an di tengah-tengah kalian.” (HR. Jamaah, kecuali Al-Bukhari dan Abu Dawud).

Menurut riwayat Sy. Ali RA, bahwa suatu saat Rasulullah SAW mengirim satu pasukan. Saat itu Rasulullah SAW mengangkat seorang laki-laki dari kalangan Anshar (Madinah) untuk memimpin mereka, dan Rasulullah SAW memerintahkan agar seluruh pasukan itu patuh kepada pemimpin yang ditunjuk oleh beliau SAW.

Di tengah perjalanan, karena suatu sebab tiba-tiba sang pemimpin itu marah besar kepada para prajuritnya, seraya berkata, “Bukankah Nabi Muhammad SAW sudah memerintahkan kalian untuk patuh kepadaku ?”
“Betul,” jawab mereka.

Lantas pemimpin itu menginstruksikan pasukannya, “Sekarang saya perintahkan kepada kalian agar mengumpulkan kayu, api, dan nyalakanlah, lalu kalian semua harus masuk ke dalam api itu.”

Dengan patuh mereka semua mengumpulkan kayu bakar dan menyalakannya. Tatkala akan memasuki api, mereka saling pandang. Di antara mereka ada yang berkata, “Kita mengikuti perintah Nabi SAW itu karena takut pada api neraka. Apakah kita akan memasukinya ?”
Di saat mereka bimbang antara ingin mematuhi perintah pemimpinnya atau menolak perintahnya, maka api itu pun padam, hingga redalah kemarahan sang pemimpin.

Selanjutnya peristiwa itu dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau SAW bersabda, “Seandainya mereka masuk ke dalam api itu, mereka tidak akan keluar dari api itu selamanya, (hingga masuk neraka). Kepatuhan itu hanya dalam kebaikan.” (HR. Jamaah Ahli Hadist).

Jadi jelaslah, bahwa kepatuhan umat Islam kepada para pemimpinnya itu terbatas jika diperintahkan untuk berbuat baik, yaitu perintah yang tidak bertentangan dengan syariat. Jika umat Islam diperintahkan melanggar syariat, maka wajib untuk menolak apapun resikonya.
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==