SELAGI PEMIMPIN ITU MASIH SHALAT, JANGAN DIPERANGI SECARA FISIK

SELAGI PEMIMPIN ITU MASIH SHALAT, JANGAN DIPERANGI SECARA FISIK
SELAGI PEMIMPIN ITU MASIH SHALAT, JANGAN DIPERANGI SECARA FISIK
Luthfi Bashori

St. Ummul Mukminin St. Ummu Salamah Ra menuturkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya akan diangkat penguasa di kalanganmu, lalu engkau ketahui mereka berbuat baik dan juga berbuat munkar. Barangsiapa bersikap tidak suka atau menolak (kepada kemunkarannya), maka mereka terbebas (dari dosa). Barangsiapa bersikap inkar (tidak membenarkan kedzaliman dan kemunkaran pemimpin itu), maka dia selamat (dari siksa). Lain halnya dengan orang yang rela dan patuh (tunduk 100%) terhadap pemimpin (dzalim) tersebut (maka ia ikut berdosa dan diancam siksa).”

“Wahai Rasulullah SAW, apakah kami boleh (angkat senjata) memerangi mereka ?” tanya para shahabat.
“Jangan, selama mereka MENGERJAKAN SHALAT,” cegah Nabi Muhammad SAW. (HR. Muslim).
Namun memerangi pemimpin dzalim itu boleh dengan cara diplomasi, seperti memboikot kebijakannya, atau menggantinya dengan cara yang konstitusional, atau dengan berdoa memohon kepada Allah agar kekuasaannya tumbang, langkah politiknya hancur, kewibawaannya berantakan, dan doa-doa lain yang semisalnya, karena hal semacam ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana berikut.

St. Aisyah RA menuturkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Wahai Tuhan kami, barangsiapa yang mengurusi suatu urusan umatku, tetapi ia membuat susah mereka, maka jadikanlah orang itu memperoleh kesulitan, dan barangsiapa yang mengurusi suatu urusan umatku, tetapi ia memperlakukan dengan santun, maka berikanlah kepadanya jalan kemudahan.” (HR. Muslim dan An-Nasa’i).

Kedzaliman pemimpin itu adakalanya terkait dengan kehidupan masyarakat, semisal kebijakan yang mencekik rakyat dengan meninggikan pajak yang harus diemban oleh rakyat. Atau penggusuran paksa perumahan warga, terutama pemukiman kalangan kaum miskin. Atau menerapkan kebijakan timpang yang dapat membatasi kebebasan rakyat, hingga mereka merasa tertindas dan terkungkung.
Namun ada lagi kedzaliman yang berupa penindasan religi, misalnya jika ada pemimpin yang gemar mengancam keamanan warganya saat mereka mengadakan kegiatan keagamaan seperti pengajian umum, atau mempersulit warga untuk beribadah kepada Allah dengan tenang, atau menerbitkan surat keputusan yang dapat mengebiri umat untuk menjalankan kewajiban syariat agamanya secara utuh, dan lain sebagainya.

Sy. Auf bin Malik RA mengabarkan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sebaik-baik pemimpin (pemegang kendali pemerintahan) ialah orang yang kamu cintai dan mencintaimu, ia mendoakan kebaikanmu dan kamu mendoakan kebaikan untuknya. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin ialah orang yang kamu benci dan ia membencimu, dan yang kamu mengutuknya dan ia mengutukmu.” (HR. Muslim).

Sebelum memilih seorang pemimpin demi kemashlahatan bagi umat Islam, baik untuk urusan dunia apalagi urusan akhiratnya, maka umat Islam berkewajiban menyeleksi para calon pemimpin secara detail, agar tidak “membeli kucing dalam karung”.

Jika umat Islam sudah berijtihad dengan sungguh-sungguh untuk memilih seorang pemimpin yang secara dhahir telah memenuhi kreteria sebagaimana yang diperlukan, lantas di kemudian hari ternyata pemimpin pilihan umat itu melenceng dari harapan umat, apalagi jika melanggar syariat, maka sang pemimpin itu sendirilah yang akan menanggung dosa dan resikonya kelak di hadapan Allah.
Sy. Ma’qil bin Yasar RA mengemukakan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Tak seorang pun yang diserahi Allah untuk memimpin rakyat, lalu dia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan sorga baginya.” (HR. Muttafaqun ‘Alaih).
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==